Minggu, 25 Oktober 2015

KKN Kebangsaan 2015: Akar Tanjung Damai

Standard
Masih dengan isu asap. Riau dipenuhi asap kembali dan terparah ada di provinsi Palembang. Bahkan, asap sudah merambah ke provinsi Lampung. Aku (masih) akan berkisah tentang kegiatan KKN Kebangsaan 2015 di desa Tanjung Damai, Bengkalis, Riau.

Judul tulisan ini dibuat bukan untuk meniru novel Akar-nya Dee. Akan tetapi, Aku memang akan membahas permasalahan kebakaran hutan dan lahan di desa Tanjung Damai dari masyarakat itu sendiri. Kami, peserta KKN Kebangsaan 2015 di desa Tanjung Damai mencoba untuk terjun melalui grass root, akar rumput bersama masyarakat melalui program Edukasi Informal Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Lembaga Masyarakat.

Edukasi informal ini merupakan salah satu program KKN Kebangsaan yang memberikan informasi tentang karlahut kepada masyarakat secara umum dan lembaga masyarakat pada khususnya. Masyarakat dan Lembaga Masyarakat menjadi sasaran program karena dapat berperan aktif untuk mencegah terjadinya karlahut di masyarakat. Kami melakukan diskusi informal ini di lima dusun desa Tanjung Damai, yaitu dusun Sumber Agung, Sumber Makmur, Sumber Rejo, Sumber Rejeki, dan Sumber Sari. Metode yang kami gunakan adalah dengan focus group discussion, yang mana peserta FGD merupakan masyarakat yang menjadi perwakilan dari lembaga masyarakat, seperti BPD, LAM, MPA, PKK, Karang Taruna, Gapoktan, Kelompok Tani, dan sebagainya. Sesungguhnya Aku pribadi berterima kasih sekali karena telah diajarkan komunikasi terapeutik di kampus. Proses komunikasi terapeutik ini digunakan pada pelaksanaan FGD, meliputi fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Sehingga, pada pelaksanaan FGD ini dapat berjalan dengan baik.

Dusun Sumber Agung
Dusun Sumber Makmur
Temuan menarik pada hasil diskusi bersama masyarakat adalah bahwa sebenarnya mereka sudah memahami betul tentang lahan gambut yang mudah sekali terbakar. Masyarakat paham sekali bahwa puntung rokok yang masih menyisakan bara api, jika dibuang ke lahan gambut secara sembarangan, maka akan memicu kebakaran. Bahkan, Aku jadi tahu bahwa pohon karet juga berkontribusi terhadap penyebaran menjalarnya api jika api tersebut mengenai getah karet. Selain itu, masyarakat mengeluhkan kurangnya sumber air di parit ketika musim kemarau panjang tiba. Kemudian penyediaan alat-alat pemadam kebakaran yang minim juga menjadi masalah jika terjadi kebakaran hutan. Alat pemadam kebakaran yang dimiliki desa Tanjung Damai adalah 1 robbin dan selang dengan panjang 200m. Maka, jika terjadi kebakaran dengan jangkauan lebih 200m, alat yang dimiliki tidak mampu memadamkan api.

Temuan menarik lainnya adalah pada sisi pelaku pembakar lahan dan terkait hukum. Papan peraturan perundang-undangan mengenai larangan membakar lahan secara sengaja sudah terpasang di dekat kebun sawit warga sejak 2012. Peserta diskusi mengatakan bahwa terjadi penurunan perilaku membakar lahan di desa karena masyarakat takut akan denda akibat pelanggaran hukum, yaitu dipenjara 5-10 tahun dan didenda hingga 10 miliar rupiah. Tidak hanya itu, ada oknum lain yang sengaja membakar lahan, yaitu suruhan pemilik lahan yang mana pemilik lahan merupakan bukan penduduk desa. Sebenarnya, masyarakat mengungkapkan bahwa mereka tidak ingin membakar lahan secara sengaja. Namun mereka tidak memiliki pilihan lain. Cara lainnya untuk membuka lahan adalah dengan menggunakan alat berat. Sedangkan masyarakat tidak mampu menghadirkan alat berat ke desa karena finansial dan juga akses jalan. Selain itu juga, masyarakat desa Tanjung Damai mengaku belum memiliki peraturan daerah (perda) yang mengatur pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan secara khusus yang mana perda ini dapat membantu mencegah terjadinya pembukaan lahan dengan cara dibakar secara sengaja.

Dusun Sumber Rejeki
Diskusi Informal bersama Gabungan Kelompok Tani
Setelah proses diskusi, peserta diskusi merasa senang dengan adanya diskusi informal untuk membahas pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di desa. Hasil yang diperoleh dari proses diskusi ini adalah beberapa solusi yang dikemukakan oleh peserta diskusi yang notabene adalah perwakilan dari masyarakat desa Tanjung Damai. Melalui program ini, masyarakat memetakan permasalahan dan mencari solusinya bersama, secara demokrasi. Berikut adalah poin-poin solusi yang ditawarkan oleh peserta diskusi informal di desa Tanjung Damai.

1. Pembuatan peraturan desa mengenai pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan hutan       di Desa Tanjung Damai.
2. Penambahan alat pemadam kebakaran untuk Masyarakat Peduli Api Desa Tanjung Damai
3. Pembuatan tower pemantau titik api dengan tinggi 10-15 m di area rawan kebakaran.
4. Pembuatan bendungan air permanen dari Sungai Puput serta kanal/parit untuk lahan berjarak 400
    m sebagai sumber air ketika musim kemarau panjang.
5. Perbaikan akses jalur pertanian.

Testimoni dari Peserta Edukasi Informal
Proses pelaksanaan program ini mengajarkan Aku banyak hal tentang permasalahan di masyarakat. Bahwasanya, sebagai mahasiswa, standing position adalah sebagai advokator. Ya, statement ini memang sudah dibold ketika pembekalan materi K2N UI 2015. Selain itu, mahasiswa juga dapat menyalurkan ide-idenya untuk mengatasi permasalahan di masyarakat sesuai dengan bidang ilmunya. Aku juga belajar secara langsung bahwa masyarakat dapat menjadi semangat sekali apabila diajak berdiskusi mengenai permasalahan yang ada hingga memunculkan sebuah solusi yang dapat dilaksanakan. Kemudian, Aku juga belajar bahwa seharusnya pemerintah memberikan bantuan atau solusi sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri, bukan melihat kebutuhan dari kacamata pemberi bantuan. Oleh karena itu, diperlukan proses diskusi atau assessment pada masyarakat secara langsung. Langsung ke akarnya.

Opini terakhir dari penulis. Penulis menyadari bahwa tidak banyak jumlah anak yang menempuh pendidikan tinggi di sebuah desa apalagi desa terpencil. Pada pelaksanaan diskusi bersama masyarakat, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat membutuhkan support dan pemicu melalui ide-ide segar sebagai solusi dari berbagai permasalahan. Sebagai penyandang status mahasiswa maupun yang sudah melepaskan statusnya dengan gelar sarjan atau yang lebih tinggi, sebaiknya tidak menjadi kacang lupa pada kulitnya. Kembalilah dan ingat jalan pulang, lalu ciptakan perubahan.













Minggu, 18 Oktober 2015

Kehamilan pada Usia Remaja

Standard

Di Ruang Rawat Khusus Kasus Kesehatan Reproduksi dan Kehamilan

"Selamat Pagi.. :) Saya Suster Iin. *Ragu bilang Ibu* Mbak namanya siapa? Usia mbak berapa?Saya mau periksa tekanan darah, nadi, suhu, dan napas mbak dulu ya.. :)"- saya
"14 tahun suster"- pasien
*muka datar* *senyum lagi**ngasih tau hasil pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)*
"Pemeriksaannya sudah selesai. Selamat istirahat kembali, X. :)"- saya

Pindah pasien lagi dengan rencana caesarian section (operasi sesar).

"Selamat Pagi.. :) Saya suster Iin. Siapa nama Ibu? Berapa usia Ibu?"- saya
"Y, suster. 15 tahun"- pasien
*glek*
"Wah, masih muda ya.. Suster mau periksa tekanan darah dulu ya... :)"- saya

Begitulah kira-kira kejadian hari pertama praktik klinik pada stase maternitas di suatu rumah sakit. Oleh-olehnya, tidak hanya ilmu dan pengalaman yang diperoleh, tetapi juga bahan renungan. Tentang kehamilan pada usia remaja. Saya cukup dibuat kaget bertemu pasien dengan usia remaja di ruang rawat  khusus maternitas. Renungan yang cukup membuat hati bergetar, sungguh meski agak berlebihan. Menurut saya pribadi, bertemu tiga pasien maternitas dengan usia remaja adalah jumlah yang banyak, tidak sedikit.

Ternyata, berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2012, angka kejadian kasus kehamilan pada usia remaja (15-19 tahun) di Indonesia mencapai 48 dari 1000 kehamilan (BKKBN, 2014). Pun Indonesia menempati urutan kedua tertinggi pernikahan usia muda setelah Kamboja (Isfandari & Lolong, 2014). Pada sisi lain, Indonesia belum mencapai target dalam tujuan MDGs pada penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Bobak, 2005). Dengan adanya kehamilan, maka wanita mengalami perubahan konsep diri untuk siap menjadi orang tua. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan usia dewasa yang dimulai pada usia 18 sampai 35 tahun, yaitu menentukan pasangan hidup, belajar untuk menyesuaikan diri dan hidup bersama pasangan hidup,  membentuk keluarga, belajar mengasuh anak, mengelola rumah tangga, meniti karir atau melanjutkan pendidikan, mulai bertanggung jawab sebagai warga negara, dan memperoleh kelompok sosial yang sejalan dengan nilai-nilai yang dianutnya (Havighurst dalam Adranita, 2008).

Sesuai dengan teori, bahwa kehamilan, kelahiran adalah tugas perkembangan usia dewasa dan tentunya berbeda dengan tahap perkembangan usia remaja. Menurut Havighurst dalam Ramadan (2013), tugas perkembangan usia remaja adalah berinteraksi sosial dengan teman sebaya, mengetahui dan menjalankan peran sosial, mengenali dirinya baik secara fisik dan psikologis, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan pernikahan dan keluarga (pengetahuan), dan memperoleh nilai sebagai pegangan untuk berperilaku.  Maka, sudah jelas bahwa kehamilan dan pernikahan adalah belum saatnya terjadi bagi usia remaja untuk mengemban tugas perkembangan usia dewasa. Hal ini dapat berakibat pada konflik psikologis bagi usia remaja.

Lalu, kapan usia yang ideal untuk hamil? Menurut BKKBN, usia ideal untuk hamil adalah kisaran 20-30 tahun. Jika hamil di luar rentang usia tersebut, maka akan berisiko. Seorang wanita dikatakan siap apabila sudah siap baik dari aspek psikologis, fisik, dan sosial ekonomi (Bobak, 2005). Pada sisi sudut pandang pria, kesiapan menyambut kehamilan adalah ketika keuangan relatif cukup, hubungan yang stabil dengan pasangan, dan kepuasan dalam hubungan tanpa anak (May, 1982 dalam Bobak, 2005).

Jika sesuatu terjadi pada waktu yang tidak tepat, akan memberikan dampak negatif. Bagi remaja yang sudah mengalami masa kehamilan, maka tugas perkembangan remaja yang seharusnya dilalui, dapat tidak tercapai secara optimal. Pun akan terjadi hal serupa pada penyelesaian tugas perkembangan usia dewasa. Anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya, belum siap secara mental, serta kesulitan-kesulitan lainnya. Lebih fatal lagi adalah jika terjadi stress dan depresi pada anak.

Dunia kini sudah sangat terbuka. Terbuka dalam pergaulan hingga menimbulkan kasus kehamilan pada usia remaja. Sebaliknya, keterbukaan dalam informasi harus dimanfaatkan. Informasi mengenai persiapan kehamilan banyak tersedia baik di pelayanan kesehatan maupun media massa dan elektronik. Seyogyanya, bagi pembaca yang dalam hal ini menempati posisi sebagai kerabat dekat, keluarga, dan siapapun yang mengetahui informasi ini, ada baiknya membantu untuk menjaga kesehatan anak remaja baik secara fisik maupun psikologisnya. Bagi anak remaja, sebaiknya menjaga diri sendiri dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai usia. Karena, sesuatu yang berlebihan dan tidak sesuai pada porsinya akan memberikan pengaruh yang mungkin tidak baik. :)

Buat adik-adik,
Stay young, Stay Healthy, Stay Happy! Cheers! 
*Hiks, Masa remajanya udah lewat. :'). Abaikan, Hehehe*

Referensi.
Adranita, M. (2008). Perbedaan Fokus Karir antara Pekerja Dewasa Muda yang Mengalami Pindah    Kerja dan Tidak Pindah Kerja di Jakarta. Diakses dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126729-331.702+AND+p+-+Perbedaan+Fokus+-+Literatur.pdf
Bobak, et al. (2005). Maternity & Women Health Care seventh edition. Elsevier Mosby, Inc
BKKBN. (2014). Aktivitas Seksual Remaja. diakses dari http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?     BeritaID=1770
Isfandari,S & Lolong, DB. (2014). Analisa Faktor Risiko dan Status Kesehatan Remaja Indonesia      Pada Dekade Mendatang. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 42, No. 2
Ramadan, MP. (2013). Hubungan Antara Penerimaan Perkembangan Fisik dengan Kematangan    Emosi pada Remaja Awal. diakses dari http://repository.upi.edu/9377/2/s_psi_0800503_chapter1.pdf



KKN Kebangsaan 2015: Bung Karno Bertitah....

Standard
"Beri Aku 1000 orang tua, maka akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri Aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia"- Bung Karno


Masih dengan isu kebakaran hutan dan lahan serta bagian dari cerita perjalanan Kuliah Kerja Nyata di Riau pada Agustus lalu. Ceritanya, penulis masih menyimpan rasa rindu *tsah*. Hehe..

Masalah kebakaran hutan dan lahan serta bencana kabut asap masih menjadi isu nasional yang hangat diperbincangkan di media massa. Pada kegiatan KKN Kebangsaan bulan Agustus lalu, salah satu program yang dilakukan adalah edukasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada pendidikan dasar dan menengah.

Program edukasi yang disasarkan pada pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan khususnya kasus kebakaran hutan dan lahan pada generasi muda melalui pendidikan. Ya, generasi muda memang menjadi sasaran strategis jika dikorelasikan dengan titah Bung Karno. Dengan catatan bahwa generasi muda yang mampu membawa perubahan ke arah positif.

Hal yang telah dilakukan oleh kelompokku di desa Tanjung Damai adalah edukasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan melalui kegiatan dongeng, menonton video, dan kegiatan outbond. Melalui kegiatan dongeng, diharapkan anak-anak dapat memahami penyebab dan dampak dari kebakaran hutan dan lahan melalui cerita fabel. Sedangkan melalui video, anak-anak diperkenalkan apa itu lahan gambut serta langkah pencegahan. Anak-anak khusyuk menyimak dan memahami kegiatan yang dilakukan. :)


Suasana Menonton Video dan Dongeng
Kiri: Si Ular, salah satu tokoh dongeng. Kanan: Pertanyaan terkait isi video dan dongeng

Selain itu, kami juga melakukan kegiatan outdoor, yaitu penanaman pohon di depan halaman sekolah dan pelaksanaan outbond. Penanaman pohon merupakan bagian dari program revegetasi (baca tulisan sebelumnya) dan outbond bertujuan untuk menumbuhkan karakter kerja sama, saling tolong menolong, cinta alam melalui kegiatan bermain. Ada 6 jenis permainan yang kami lakukan, diantaranya adalah memindahkan air secara kelompok, estafet air, memindahkan masker, estafet gambar, teka-teki bom, titanic dan ular mencari teman. Anak-anak terlihat sangat gembira karena jarang sekali melakukan permainan semacam ini.
Outbond Memindahkan Air, Bekal Bintal K2N UI 2015 :p
Sebenarnya, target pencapaian program edukasi pada pendidikan dasar dan menengah adalah menyentuh kegiatan ekstrakurikuler dan kurikulum muatan lokal. Harapannya, melalui kedua aspek tersebut, edukasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dapat sustainable alias bekelanjutan. Sayangnya, kegiatan esktrakurikuler di SDN 20 Tanjung Damai belum cukup optimal serta kami belum sampai assessment ke arah sana. 

Pada proses ini, Aku belajar bagaimana kami satu tim merancang program kerja bersama dan menyatukan pendapat. Memang sebaiknya merencanakan program kepada masyarakat harus sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan hanya untuk menjalankan program tertentu yang ditargetkan. Sebenarnya, banyak sekali permasalahan yang perlu diatasi terkait pendidikan. Sebenarnya (lagi) Aku tidak ingin sekali-kali mengucapkan kata "keterbatasan", tapi apadaya. Keterbatasan waktu yang dimiliki memang alasan paling normatif untuk tidak dapat melakukan berbagai kegiatan solutif dalam waktu satu bulan. Rasanya ingin lebih dari itu. Akan tetapi, semoga saja diberi kesempatan kembali untuk meningkatkan pendidikan di sana. Tuhan yang Maha Tahu dan Merencanakan. :)


Kebahagiaan Anak-Anak SDN 20 Tanjung Damai :)

Credit photo: Dokumentasi Mila Karmila