Minggu, 17 September 2017

Sebuah Refleksi: I Feel Lost on My Real Public Figure

Standard
Bismillahirrahmaanirrahiim...


Ah, kebiasaan memang. Pikiran ini terlalu liar rasanya dalam berpikir. Liar dalam arti sangat acak, dan tiba-tiba saja muncul satu topik yang terpikirkan dalam benak. Topik yang baru saja muncul adalah mengenai tokoh yang kita teladani dalam hidup atau mungkin biasa disebut sebagai figur kehidupan.

Setiap orang punya potensi menjadi pusat perhatian banyak orang atau menjadi teladan dalam hidup kita. Biasanya sih yang sudah terkenal seperti artis-artis. Misalnya saja Syahrini. Sempat viral tentang gaya jilbab dan bajunya Syahrini di kalangan masyarakat. Atau contoh lainnya adalah orang sukses seperti Steve Jobs. Kita bisa telusuri bagaimana karakter dan perjuangannya hingga mencapai titik sukses tertingginya. Setelah memahami pola kehidupannya, kita bisa termotivasi hingga meniru gaya hidupnya yang positif ke dalam kehidupan kita. Atau nggak usah jauh-jauh deh. Teman kita sendiri yang mungkin punya kelebihan dalam hal karakter, kecerdasan, atau gaya hidup. Mungkin akan muncul dalam benak diri, "kok dia bisa jadi seperti itu ya? apa ya rahasianya?". Rasa ingin tahu muncul, dan mencari informasi kepada yang bersangkutan. Setelah mengetahuinya, kita dapat belajar darinya, kemudian kita adopsi hal-hal positif darinya ke dalam kehidupan kita. Lingkup lebih dekat lagi, adalah orang tua kita. Anak-anak akan menirukan apa yang terlihat olehnya di dalam keluarga, oleh ibunya dan ayahnya. Bagi perempuan, setelah dewasa pasti akan belajar dari ibunya bagaiman beliau dulu mengasuh kita sejak kecil hingga sekarang. Bagi laki-laki, akan belajar bagaiman tegar dan kerasnya perjuangan menjadi sosok Ayah yang kita anggap sebagai teladan, dsb.

Hal yang mengganggu dalam benak ini adalah..

"Siapa sih sosok figur yang benar-benar dapat kita ikuti?"

Hayo, siapa? Hehe...

Setelah perenungan, bagi yang muslim, jawabannya adalah Rasulullah SAW.

Merupakan refleksi bahwa diri ini sudah terlalu lama kehilangan dalam ingatan untuk meneladani beliau. Bahkan cenderung tidak terlalu memahaminya secara mendalam.. That's why i feel lost in this world in order to found out the real my public figure is. :( Tidak hanya itu, sepertinya diri ini juga telah lama hilang ingatan bahwa banyak sekali figur-figur teladan dari para tabi'in dan sahabat-sahabiat semasa hidup Rasulullah SAW.

Setelah mendapat beberapa informasi dari ceramah-ceramah, banyak sekali yang seharusnya kita teladani dari Rasulullah SAW. Misalnya, tuntunan dalam menuntut ilmu. Ada pesan-pesan dari beliau bagaiman seharusnya penuntut ilmu belajar agar ilmu tidak cepat lupa dan menjadi ibadah. Mungkin ini yang hilang dari diri ini. Mungkin perasaaan bahwa ilmu yang cepat "dispossible" terjadi karena tidak mengetahui dan mengikuti tuntunan beliau. Contoh lainnya adalah tuntunan dalam berwirausaha, dalam bermuamalah dengan sesama, hingga bersikap dengan hewan dan tumbuhan. Contoh lain lagi, bagaimana dalam menjalani rumah tangga dan mendidik anak *eh*. Semuanya ada. Semuanya benar-benar ada. Hanya saja, diri ini yang terlalu jauh mencari sosok figur dalam hidup.

Ada beberapa kisah menarik dari para tabi'in semasa Rasulullah SAW yang patut diteladani. Ini saya ceritakan kembali kisah yang sangat berkesan dalam hati saya. Kisah dari seorang tabi'i bernama Ibnu Sirin. Beliau adalah seorang pedagang yang kejujurannya patut diteladani. Suatu kali, beliau ditawari segentong besar madu yang pada zaman itu, jika terjual senilai 40.000 dirham, sangat mahal. Suatu kali, Ibnu Sirin lupa menutup gentong tersebut. Hingga keesokan harinya, beliau menemukan satu ekor tikus yang sangat kecil mati di atas permukaan madu tsb. Pertanyaan refleksi, jika diposisikan sebagai Ibnu Sirin, apa yang akan dilakukan? Hehe.. Akan kita buang saja seluruh madu tersebut atau kita buang tikus dan beberapa bagian yang sekiranya terkena bangkai tikus tsb mengingat harga jualnya 40.000 dirham? hehhee....

Hal yang dilakukan Ibnu Sirin adalah membuang seluruh madu ke sungai. Kemudian sekitar 4 atau 8 orang menggotong madu tersebut dan dialirkan ke sungai. Perilaku ini mengundang pertanyaan orang-orang pada saat itu.

"Wahai Ibnu Sirin, mengapa kau buang seluruh madu itu? Tidak bisakah engkau buang saja bagian yang terkena bangkai itu? Madu itu seharga 40.000 dirham!.", tanya seseorang.

"Demi Allah. Bisakah engkau menjamin bahwa satu tetes dari madu tersebut tidak mengandung bakteri dari bangkai tersebut? Aku tidak ingin mendhalimi kaum muslimin.", jawab Ibnu Sirin

"Sungguh, Aku tidak bisa menjamin hal itu.", jawab seseorang.


Kisah tersebut amat sangat berkesan. Terlebih nampaknya sulit menemukan orang sejujur beliau. Akhlak yang sangat terpuji ini nampak karena beliau memahami bahwa sejatinya setiap perbuatan yang kita lakukan senantiasa di awasi oleh Allah. Bahwa pada akhirnya nanti sleuruh perbuatan kita akan dihisab. Ya Allah, wa Innalillahi...

Banyak sekali kisah-kisah para tabi'in dan para sahabat yang menggugah hati dan amat sangat perlu untuk diteladani. Ini yang hilang dalam diri ini. Refleksi diri bahwa sejatinya kita perlu kembali untuk mempelajari tuntunan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari dan mengetahui serta mengambil hikmah atas kisah-kisah para sahabat, ummul mukminin (para istri nabi), tabi'in, dan ulama masyhur dahulu. Semoga senantiasa kita selalu diberi kemudahan untuk mempelajari dan meneledani beliau. Aamiin... Yuk, kembali! :)



Cileungsi,
17 September 2017
20.14


0 komentar :

Posting Komentar

Yuk, berikan komentarmu! :D No spam comment yaaaaa..