Senin, 31 Desember 2018

Buku Nursing Untold Stories

Standard
ﺑﺳﻢ ﷲ ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴﻢ


Hai, apa kabar? Hehe

Postinganku terakhir di blog ini adalah tentang pengalamanku di pondok. Anyway, aku sudah berhenti belajar di sana. Bukan telah selesai programnya, tapi memutuskan untuk berhenti di 3/4 jalan. Yah, pokoknya gitu deh. Sedih. Soon, mau cerita soal itu juga. Tunggu aja! Dalam postingan ini, aku mau cerita tentang karyaku bersama teman-temanku yang udah sejak setahun lalu ada. Yeay! 

Apa itu?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jeng jeng jeng
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini dia!!!





Buku Nursing Untold Stories.

Buku ini adalah buah karya kami, aku dan teman-teman kampus.  Ya, bisa ditebak sih, bukunya ini tentang keperawatan. Lebih tepatnya adalah kumpulan kisah yang kami alami selama menjalani masa pendidikan keperawatan di kampus, khususnya di masa-masa pendidikan profesi. Kisah-kisahnya beragam, ada yang kisahnya berfokus pada perasaan si penulis, dan ada juga yang fokus pada kejadian bermakna bagi si penulis. Semuanya adalah true story, artinya kejadian yang diceritain memang benar adanya dialami oleh masing-masing penulis. Kami harap, dengan adanya buku ini dapat sedikit menggambarkan bagaimana perjuangannya menjadi seorang perawat. Well, gak sedikit juga pandangan negatif soal profesi yang satu ini. Ada yang bilang juteklah, pembantu dokterlah, sampe kasus yang di grebek gubernur Jambi. Nah, di buku ini, kami mencoba untuk menyeimbangkan hal itu. Kami mencoba untuk memberikan pandangan kami terhadap profesi perawat dan harapan-harapan kami terhadap profesi kami.

Buku ini sebenarnya sudah lahir setahun yang lalu, yaitu sejak 27 Oktober 2017. Hehe.. Tapi baru sempat buat tulisan ini sekarang karena harus karantina di pondok sejak 25 Oktober 2017. Alhamdulillah, buku ini sudah terjual lebih dari 40 eksemplar. Hihi..... Bersyukur karena akhirnya punya buku! Bersyukur karena akhirnya kita berani publish tulisan-tulisan kita. Aku ingat sekali pesan Abi Qurasih Shihab, beliau berkata jangan pernah takut untuk menulis dan jangan pernah takut salah dalam menulis. Well, we deserve it! Meskipun yang terjual tak sebanyak penulis-penulis kondang, tapi yang terpenting, we have done it!

Dalam postingan kali ini juga aku amat sangat berterima kasih kepada teman-temanku yang keren abis promosinya. Jujur, merasa bersalah karena ninggalin project ini duluan sebelum bukunya launching. Rasanya kayak ninggalin tanggung jawab. Padahal udah dirancang timelinenya sedemikian rupa supaya launching sebelum minggat ke pondok. Dan....kenyataannya berkata lain. Tapi, melihat perkembangan postingan di instagram, dll itu rasanya...............................bahagia.  Bersyukur banget Allah udah kirim kalian sebagai para penulis di buku Nursing Untold Stories ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dan semoga saja buku ini bermanfaat dan niat kita selalu diluruskan, ya untuk lahirnya buku ini. Sekali lagi, terima kasih banyak kepada Nim, Nisrina, Pipit, Nabila, Yiyi, Nur, Dewi, Devi, Thifa, dan Asul.

Pengalaman sampai buku ini lahir, pertama pasang niat dan tujuan. Setelah itu, cari orang! Haha.. Maksudnya ajak teman-teman kita buat terlibat dalam pembuatan buku. Entah itu untuk sumbang tulisan, buat design cover, jadi editor, dan lain-lain. Ketiga, pilih mau terbit di mana. Pilih self publishing atau di penerbit kondang. Kita pilih self publishing karena lebih available buat buku ini lahir bagi para penulis pemula. Lalu, terpilihlah nulisbuku.com sebagai wadah untuk menerbitkan buku ini. Terakhir, doa biar lancar jaya. Proses pembuatan buku ini kira-kira tiga bulan sudah sampai di publish di web nulisbuku.com.

Yang belum punya bukunya, bisa pesan di sini yaaaaaaaaaaaaa --> Nursing: Untold Stories
Harganya 51.000 aja kok, tapi belum ongkos kirimnya. Hehehehee
Cara pesannya, harus jadi member nulisbuku.com dulu. Atau kamu bisa e-mail langsung ke admin@nulisbuku.com
Pokoknya harus beli! *Lah, maksa* Haha.... Buku ini bisa dikonsumsi oleh umum kok, nggak cuma buat yang berkecimpung di dunia keperawatan aja. Jadi, jangan ragu untuk membelinya. :D

Kalau udah baca, jangan lupa kasih komen atau review. Bisa di webnya nulisbuku.com atau di goodreads atau buat di blog sendiri juga boleh. :3

Terakhir, terima kasih, kamu. :) Semoga tahun baru sudah punya buku ini, :D

Wassalam.

Sabtu, 12 Mei 2018

Pasca 6 Bulan Mondok : Saya Menyesal!

Standard
Bismillahirrahmanirrahim..

Setengah tahun sudah, saya icip icip jadi santri. Ehm..gimana ya rasanya.. as you can read in the title of this post: Regretness alias penyesalan. Kok? Terus mau berhenti? Eits...

Jawaban lengkapnya yang sebenarnya adalah...saya menyesal, kenapa saya nggak mondok dr jaman dulu :( jaman pas masih SMP atau SMA gituuu.. That's what i feel! Dari postingan sebelumnya, which is saya masih baru icip-icip jadi santri selama sebulan, rasanya masih perasaan senang biasa aja. Nah, setelah 6 bulan ini, rasanya lebih dari itu. Kenapa? Karena sudah merasakan manfaat yang teramat banyak dari ilmu yang ada, bahkan masih banyaaaaaak banget ilmu yang belum dipelajari. I addicted!

Manfaatnya jadi santri itu.....banyak! Membentuk pribadi yang mandiri, belajar menerima keadaan yang sederhana, menjadi pribadi yang tawadhu dan hidup sederhana, khususnya yang paling penting adalah dipahamkan tentang agama. Sepengalaman pendidikan tentang agama sejak saya TK sampai kuliah, dari TK islam, SD negeri, SMP Negeri, Madrasah Aliyah, sampai Kuliah di perguruan tinggi negeri (PTN), pemahaman agama terbaik yang saya peroleh itu didapat di pondok pesantren ini.

Jadi, selama 6 bulan yang telah berlalu, apa yang sudah diperoleh? Banyak! Pertama, lebih dikuatin tentang rukun islam, khususnya pada poin tentang sholat. Di pondok amat sangat menekankan terkait implementasi syarat sahnya solat, rukun solat, hal yang membatalkan solat, termasuk rukun wudhu, hal yang membatalkan wudhu, dan bacaan sholat. Tentang najis, cara membersihkan najis, dsb. Well, dari jaman saya sekolah TK sampai kuliah, materi itu udah pernah diajarin. Tapi rasanya lain. Kurang ada penekanan kalau aspek itu tuh penting banget.

Kedua, bacaan Qur'an. Dari jaman saya TK sampai kuliah, ada pelajaran tajwid sih, tapi praktik pemahamannya kurang. Kalau nggak belajar lagi di luar sekolah formal, mungkin nggak banyak ngerti soal tajwid.


Ketiga, dipahamkan soal problematika darah wanita, dalam hal ini adalah haid/menstruasi. Anyway, pelajaran tentang menstruasi yang pernah saya pelajari cuma ada di biologi jaman SMA dan di masa kuliah (maklum, jurusan keperawatan). Lain halnya di pondok. Perspektif pengetahuannya lebih kepada hukum masa suci-tidaknya. Dan ini ternyata penting banget buat para kaum hawa. Salah satu faktor banyaknya kaum hawa sebagai penghuni neraka nanti karena kurang hati-hati terkait masalah ini. Kok bisa? Ya bisa. Soalnya masa suci setelah haid berpengaruh kapan boleh solat dan puasa. Apakah ada yang harus di qadha shalatnya atau puasanya karena masalah istihadhoh (darah selain haid dan nifas). Well, hukum-hukum istihadhoh ini banyak! Dan seharusnya diketahui oleh kaum hawa. Pengetahuan ini, nggak ada di pendidikan formal selain di pondok pesantren (cmiiw).

Keempat, belajar nahwu shorrof dengan metode yang mudah dipahami dan kitab kuning. Ilmu nahwu shorrof adalah alat untuk bisa memahami grammatical bahasa Arab, yang secara nggak langsung sama dengan belajar bahasa Al-Qur'an. Kalau sudah mahir nahwu dan shorrof, insyaAllah bisa baca kitab gundul/kitab kuning/ kitab yang gak ada harakatnya. Dan dari banyaknya ilmu-ilmu lain ada di kitab tersebut. Misalnya: Kitab Fathul Qarib tentang ilmu Fiqih, kitab Risalatul Mahid tentang problematika darah wanita, Kitab Ta'limul muta'allim tentang Adab mencari ilmu, dsb. Kalau sekarang sudah banyak kitab yang diterjemahkan, misalnya kitab Tafsir Jalalain, Kitab AlHikam, dsb. Banyak banget kitab-kitab lainnya yang bukan hanya soal ilmu fiqih, tauhid, bahkan tentang bisnis, kesehatan juga ada. Di pondok pesantrenlah tempatnya bagi kamu yang mau banget mendalami ilmu-ilmu terasebut, karena memang masuk ke dalam kurikulum pendidikan pesantren (khusus pesantren salafiyyah) yang mempelajari kitab kuning.

Dan masih banyak lagi! That's why I called my regretness. Di usia yang sudah bukan lagi remaja alias dewasa ini, rasanya ingiiiiin banget paham semua-muanya, tapi rasanya membutuhkan waktu yang lama. Which is saya harus menerima dan mengakui bahwa usia ini sudah harus berpikir tentang karir dan masa depan kelak alias pernikahan dan soal keturunan (uhuk). Makanyaaaaa, saya menyesal kenapa mondoknya nggak dari dulu yaaaa? Hahahaha! Sampai pada kesimpulan dari hasil perenungan yang cukup visioner, yaitu kalau nanti punya anak (aamiin), pokoknya dia harus pernah jadi santri! Atau kalau nanti cari menantu, kalau bisa yang backgroundnya anak santri. Hahaha (Terlalu visioner ya, ya ampun. Nikah juga belum. :'D). Tapi yang paling penting sih, di mana aja bisa belajar untuk meningkatkan pemahaman agama dan yang nggak kalah pentingnya adalah implementasi! Percuma kalau paham sebanyak kitab-kitab yang ada tapi implementasinya nol. Bahkan, slogan dari pondok tempat saya belajar : "Kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan", yang penting akhlak, itu maksudnya.


Yaudah, sekian. Semoga berfaedah. Hehe..